Jumat, 24 April 2009

LAHIRNYA SHALAWAT WAHIDIYAH

Oktober 10, 2008Posted by kris1bangun in agama. trackback
Pada awal bulan Juli 1959. Hadlrotus Syekh Al-Mukarrom Romo KH Abdoel Madjid Ma’roef, Pengasuh Pesantren Kedunglo, Desa Bandar Lor, Kota Kediri, senantiasa Riyadloh (bermunajat) kepada Allah SWT. Karena waktu itu beliau melihat masyarakatnya mengalami kerusakan mental yang sangat hebat dan sudah diambang pintu kehancuran sehingga tidak mau saling memperhatikan masalah kesadaran kepada Allah wa Rasuulihi Sholallohu ‘Alaihi wa Sallam. Dan selang beberapa tahun Beliau menerima “alamat ghoib”-istilah Beliau - dalam keadaan terjaga dan sadar, bukan dalam mimpi. Maksud dan isi alamat ghoib tersebut kurang lebih: “supaya ikut berjuang memperbaiki mental masyarakat lewat jalan bathiniyah”. Dan ketika itu beliau sangat gemetar sekali. Beliau selama tiga kali mengalami peristiwa seperti diatas yakni Beliau Rasulullah Sholallohu ‘Alaihi wa Sallam datang dihadapan beliau Al-Mukarrom Romo KH Abdoel Madjid Ma’roef dan memberi peringatan seperti isi alamat ghoib tersebut. Dan yang terakhir kalinya tersebut Rasulullah mengancam kepada Syekh Al-Mukarrom Romo KH Abdoel Madjid Ma’roef akan dilaknat Allah apabila tidak melaksanakan perintah tersebut. Kemudian Beliau Syekh Al-Mukarrom Romo KH Abdoel Madjid Ma’roef tersungkur didalam masjid menangis kemudian sambil memegang pena diatas kertas. Kemudian pena tersebut bergerak sendiri dan menuliskan kurang lebih “ALLOOHUMMA KAMAA ANTA AHLUH, SHOLLI WASALLIM WABAARIK ‘ALAA SAYYIDINAA WAMAULAANAA, WASYAFII’INAA, WAHABIIBINAA, WAQURROTI A’YUNINAA MUHAMMADIN SHOLLALLOOHU ‘ALAIHI WASALLAMA KAMAA HUWA AHLUH…………..dst. Kemudian Mbah Yahi memperkenalkan kepada para Ulamma di sekelilingnya agar mencoba tulisan tersebut. Dan Alhamdulillah dikaruniai manfaat dan faedah. Kemudian Mbah Yahi menambahkan Shalawat tersebut dari Al Qur’an. Dan lama sebelum menjadi lembaran Shalawat Wahidiyah dibutuhkan waktu selama 17 tahun lebih beberapa bulan. Dan Beliau berpesan agar diamalkan sesuai tuntunannya, dan beliau yang akan bertanggung jawab tentang Shalawat Wahidiyah. Dan bagi yang tidak mau mengamalkannya juga tidak apa – apa (keluar dari perjuangan Wahidiyah). Demikian kurang lebihnya sedikit pengalaman Shalawat Wahidiyah. Jadi sekarang tinggal yang kita mau apa tidak mengamalkannya karena kita tinggal memetik buahnya saja. Jadi cukup Mbah Yahi Muallif Sholawat Wahidiyah yang merasakan pahit dan getirnya yang memperjuangakan amalan Sholawat Wahidiyah demi kesadaran umat masyarakat di akhir zaman yang telah jauh dalam kelalaian dan sudah diambang pintu kehancuran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar