Selasa, 17 Maret 2009

HIKMAH DI BALIK MAULID NABI

Nabi Muhammad saw adalah rasul Allah terakhir di dunia ini. Tidak ada rasul setelah beliau. Sebagai rasul terakhir beliau memiliki peran sebagai penyempurna bagi ajaran /risalah – risalah nabi pendahuunya. Kesempurnaan ajaran tersebut tertuang dalam kitab suci Al- Qur’an yang merupakan mu’jizat terbesar beliau. Sebagai mu’jizat terbesar rasulullah saw, Al – Qur’an diyakini sebagai kitab yang tidak pernah tercampuri oleh campur tangan manusia. Hal ini didasarkan atas firan Allah : “Sesungguhnya Kamilah yang telah menurunkan Al – qur’an dan sesungguhnya atas tanggungan Kamilah menjaganya (Al-qur’an).”
Rasulullah saw kembali kepangkuan Allah SWT, pada tanggal 12 rabiul awal tahun 11H diusianya yang ke 63 tahun. Beliau meninggalkan umatnya secara lahir, namun secara ruhani beliau tetap mebimbing umatnya. Dalam sebuah riwayat beliau bersabda : “ Hiupku adalah lebih baik bagimu dan kematianku juga kebaikan bagimu.”Begitu kasih dan sayangnya beliau pada umatnya hingga saat beliau wafat tiada lagi hal yang beliau hawatirkan dan beliau sebut – sebut diakhir hayatnya kecuali kata “ ummati…ummati…ummati…”Mari, kita introspeksi diri seberapa besarkah rasa cinta kita pada beliau ? Sudahkah kita ikuti suri tauladannya ? Ataukah kita hnya berfoya-foya dan bergemmbira dibawah naungan nafsu serta syahwat dunia yang senantiasa mmemperbudak kita?
Sudah menjadi sebuah tradisi dalam kehidupan umat islam, khususnya mereka yang menganut paham ahlus sunnah wal jamaah. Bahwa, pada setiap bulan rabiul awal diadakan peringatan maulid nabi saw. Dalam masyarakat jawa budaya ini telah mengakar begitu kuat terutama di masyarakat pedesaan dan pesantren. Pada hakikatnya tidak ada hadits nabi yang memerintahkan secara tegas tentang wajibnya pringatan maulid ini. Ditinjau dari hukum fiqh, maka sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh nabi, akan tetapi apabila sesuatu itu dilaksanakan bisa mendatangkan kemaslahatan, maka sesuatu ini dikatakan sebagai maslahah mursalah. Arinya kemaslahatan yang masih digantungkan. Dalam arti sebuah kemaslahatan yang muncul dari dilakukannya sebuah perbuatan yang tidak bertentangan dengan masalah syar’i.
Pada awalnya maulid nabi mmerupakan sesuatu yang asing dalam dunia islam. Namun pada akhirnya menjadi sebuah tradisi yang mengakar dan sulit ditinggalkan. Bila kita tinjau secara mendalam, banyak hal yang sangat bermanfaat dalam peringatan maulid nabi saw.Beberapa hal itu diantaranya adalah mendekatkan diri pada Allah SWT, menambah keimanan dan ketaqwaan, menambah rasa mahabbah kita kepada Allah wa rasulihi saw, mengingat sejarah perjuangan beliau, menambah semangat dalam beribadah dan masih banyak lagi manfaat yang dapat kita raih.
Karena begitu banyaknya hikmah dan manfaat dari peringatan maulid ini, maka para ulama’ salafus shaleh memberlakukan peringatan ini sebagai wujud syukur atas diutusnya nabi Muhammad saw. Hingga karena beliaulah ,benih-benih iman dan kesadaran mulai tumbuh dalam diri kita. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah sudahkah kita mencintai rasul dengan kecintaan yang sejati? Ataukah cinta kita hanyalah sebatas cinta imitasi? Renungkanlah dan pikirkanlah! Semoga kita diberi hidayah. Amin.Allaahu A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar