Kamis, 05 Maret 2009

PONARI, DUKUN CILIK DARI JOMBANG

Akhir – akhir ini kita di kejutkan dengan berbagai suguhan yang mnggegerkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Masih terngiang dalam benak kita bagaimana gempa dan Tsunami memporak – porandakan seluruh infrastuktur dan bangunan di Aceh. Belum lagi berapa banyak nyawa yang hilang gara- gara gempa dan tsunami tersebut. Jutaaan bahkan miliaran harta benda yang tak mampu terselamatkan ataupun menyelamatkan pemiliknya.
Tidak berhenti sampai di situ saja kita juga di kejutkan dengan adanya semburan Lumpur Lapindo yang sampai hari ini juga masih belum berhasil di temukan solusinya. Berapa besar kerugian yang ada karenanya. Sudah tak terhitung lagi barangkali dan kita juga tidak akan mampu untuk berfikir lagi secara logis kenapa smua itu bisa terjadi. Ataukah barang kali apa yang di katakan Ebiet dalam sebuah lagunya “ Mungkin alam mulai bosan melihat tingkah kita “ itu sudah merupakan kenyataan yang tidak lagi bisa kita hindari. Barangkali alam ataupun Tuhan sudah muak dengan kehidupan yang semakin hari bukan semakin sadar pada Tuhan akan tetapi semakin jauh dari-NYA dengan semakin maraknya berbagai tindak penyimpangan dan kemaksiatan. Hanya waktu mungkin yang akan mampu untuk menjawab semua itu.
Belum lagi persoalan – prsoalan di diatas tertanggulangi, kini muncul lagi tontonan sekaligus geger alam yang merupakan fenomena kekuasaan Tuhan di muka bumi. “ PONARI “, seorang anak kecil yang mebuat geger dan sensasi di kalangan masyarakat awam karena di anggap memilki kelebihan dengan batu ajaibnya yang konon bisa menyeembuhkan berbagai penyakit. Tidak tanggung – tanggung, masyarakat datang berduyun – duyun kepadanya untuk meminta “ barokah “ dari batu ajaibnya. Sungguh sangat mengherankan di era globalisasi yang penuh dengan kemodernan ini masih banyak orang yang percaya dengan hal- hal yang berbau mitos. Agaknya konsep penghapusan mitos itu tidak akan pernah bisa dihapuskan dalam kehidupan masyarakat modern.
Fenomena ini membuat kaget dunia khususnya masyarakat Jombang dan sekitar. Bayangkan saja demi dan untuk bisa bertemu dan mohon pertolongan kepada bocah kecil itu mereka harus berantri dan menunggu bahkan menginap beberapa hari bahkan berminggu – minggu karena banyaknya para pengunjung dan pasien yang datang. Bayangkan saja rumah sakit – rumah sakit menjadi sepi gara – gara si “PONARI” . Agaknya para dokter di Indonesia ini perlu untuk belajar dari peristiwa ini. Mengapa mereka yang kuliah bertahun – tahun, mnghabiskan banyak uang dan biaya harus kalah dari seorang bocah yang belum tamat dari SD?. Agaknya teori keilmuwan harus segera mendapat perubahan besar kalau tidak mau kalah dari mitos.
Sebenarnya kalau kita tinjau dari sisi positifnya agaknya dokter – dokter di Negara ini perlu mengadopsi dari teori yang di lakukan oleh “PONARI”. Diantara yang belum pernah atau barangkali jarang dilakukan oleh para dokter di negeri ini anatara lain adalah:
1. Sebuah prinsip keyakinan yang perlu di berikan pada pasien.
Fakta menunjukkan bahwa kebanyakan dari para dokter di negeri ini tidak memiliki keyakinan terhadap kesembuhan para pasiennya. Karena yang sering di temukan di lapangan para dokter cenderung mengatakan “ coba pakai obat ini kalau tidak cocok nanti pakai obat ini” sebuah prnyataan yang sangat meragukan bahkan terkesan manusia hanya sebagai kelinci percobaan. Padahal menurut penelitian, keyakinan akan kesembuhan adalah lebih dari 85 persen obat nujarab yang mampu memberikan kesembuhan pada pasiennya. Oleh karena itulah mengapa para dokter cenderung memberikan ketidak pastian pada pasiennya sehingga tidak kunjung – kunjung sembuh. Berbeda dengan “PONARI”, ia memberian pengertian bahkan keyakinan bahwa dengan batu itu penyakit apapun bisa disembuhkan. Makanya mengapa banyak orang sembuh mungkin bukan karena batunya yang “keramat”, tapi karena keyakinan dirinya untuk sembuh itu yang menjadikannya sembuh.
2. Prinsip dan jiwa untuk menolong. Prinsip ini yang barangkali tidak di miliki oleh para dokter di Inbdonesia. Para dokter cenderung untuk melakukan pertolongan dengan motivasi untuk mencari penghasilan dari pasin akibatnya mereka tidak mau menolong pasiennya kalau mereka tidak mendapatkan bayaran sesuai dengan tariff yang mereka inginkan. Kenyataan ini sangat berlawanan dengan fenomena yang terjadi pada diri “ PONARI”
3. Pelayanan yang memuaskan. Saat ini para dokter kita cenderung bersikap dingin dan kurang ramah terhadap para pasiennya, akibatnya para pasien seringkali harus mendapat hardikan atau mungkin cacian dari dokter selama menjalani masa perawatan. Fenomena ini banyak terjadi dan di temui di rumah sakit – rumah sakit.
4. Egaliter dalam menghadapi pasien. Fakta di lapangan banyak dokter yang membedakan pasiennya berdasarkan imbaan jasa yang di terima. Banyak pasien dari ekonomi bawah yang mendapat perlakuan kasar. Apalagi kalau pasien itu berobat gratis pasti pelayanannya cenderung kasar dan tidak mendapat perhatian serius. Berbeda dengan para pasien yang berasal dari keluarga kaya, pasti mereka akan mendapat pelayanan yang baik dan obat yang istimewa. Bahkan dari kamarnyapun berbeda. Kamarnya kelas “wahid” berbeda dengan ekonomi bawah yang hanya bertempat di tempat yang kotor dan banyak kecoaknya.
Disamping fenomena di atas, kasus Ponari ini juga memberikan sebuah gambaran yang sangat mengenaskan bagi sementara kalangan khususnya kalangan agamawan. Betapa tidak, kasus ini membelalakkan para agamawan karena ternyata masih begitu banyaknya kalangan masyarakat yang cenderung percaya kepada kekuatan yang dimiliki banda “ batu “ ketimbang mereka berdo’a kepada Tuhan agar di beri kesembuhan. Kasus yang terjadi di lapaan ternyata banyak kalangan yang menganggap bahwa air “ COMBERAN “ bekas mandi Ponari si dukun cilik ini di percaya mampu memberi kesembuhan penyakit yang mereka derita. Sungguh ini adalah sebuah pandangan yang tidak bisa diterima akal manusia dari sisi manapun juga. Singkatnya keyakinan akan apa yang di miliki oleh Ponari dengan batu ajaibnya itu cenderung membawa masyarakat kepada kemusyrikan yang sangat nyata. Apapun dalih dari mereka untuk menutupi kemusyrikan itu, jelas itu tidak bisa dianggap benar ataupun di benarkan. Kasus ini harus segera di selesaikan secepatnya menurut hemat penulis. Jangan – jangan kemunculan Ponari dengan kekuatan yang dimilikinya ini justru akan menimbulkan sebuah kemusyrikan yang semakin bertumpuk.
Masyarakat Indonesia saat ini memang sangat memerlukan adanya seorang figure yang dapat di jadikan panutan secara kaffah. Tidak hanya dalam urusan berpolitik, bragama atau yang lainnya. Akhir – akhir ini bangsa Indonesia sedang di hinggapi krisis yang bertubi –tubi. Mulai dari krisis moneter yang pada ahirnya merambah pada krisis multi dimensi hingga sampai pada krisis iman dan kepercayaan. Fenomena ini membuktikan bahwa apa yang disampaikan oleh ba’dlul hukama’ adalah benar adanya. Yaitu sebuah ungkapan yang sangat pouler dikalangan muslim :

كا د الفقر ان يكون كفرا
Artinya : “ Hampir –hampir kefakiran itu menyebabkan kekufuran “
Ungkapan di atas sangat relevan apabila kita lihat pada kondisi saat ini. Bangsa Indonesia yang dikenal dengan slogan “ gemah ripah loh jinawi “ saat ini sedang mengalami krisis yang sangat luar biasa mulai dari krisis ekonomi, kesehatan yang pada akhirnya merambah ke krisis multi dimensi di segala bidang. Tidak bisa kita bayangkan Negara Indonesia yang dulu menguasai hampir seluruh wilayah ASEAN kini harus menjadi Negara yang terpuruk di wilayah ini. Di tahun 60- an bangsa Malaysia mendatangkan para guru dari Indonesia dan mengirimkan pemudanya untuk belajar di Negara ini. Namun saat ini kondisi ini berbalik 180 derajat. Banyak dari warga indonesia yang justeru mengais rejeki dan mengadu nasib di Negara Malaysia.
Setidaknya kasus Ponari juga bisa menjadi sebuah gambaran bahwa di negeri ini juga terjadi krisis dalam bidang kesehatan. Berapa banyak orang yang tidak bisa mendapatkan pelayanan yang memuaskan dari para dokter di bangsa ini sehingga mereka lari ke jalur alternative seperti kepada Ponari. Fenomena ini juga menggambarkan betapa bangsa ini mengalami krisis kepercayaan kepada Tuhan yang sangat luar biasa. Mereka cenderung percaya kepada batu yang dianggap memiliki khasiat untuk menyembuhkan daripada mereka percaya akan kekuasaan Tuhan yang Maha Segala- galanya. Umat harus segera mendapatkan pertolongan dari jurnag kemusyrikan yang mendalam ini. Jangan – jangan jahiliah kedua justeru akan muncul di Indonesia setelah munculnya dukun kecil Ponari ini. ALLAAHU A’LAM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar