Kamis, 05 Maret 2009

SDI QURROTA A'YUN KUMJUNGI MAQAM AULIYA' JATIM

Pada hari sabtu tepatnya tanggal 28 pebruari 2009, SDI Qurrota A’yun yang di pelopori oleh beliau Bapak Drs. Imam Muslimin sebagai kepala sekolah, mengadakan kunjungan ziarah ke maqam auliya’ di Jawa Timur. Ikut serta dalam acara ini hampir seluruh Bapak/ Ibu guru baik dari PLAY GROUP, TK, maupun SD. Dalam pelaksanaan kegiatan ini panitia menggunakan kendaraan bus dari PT BAROKAH dari kota Kediri.
Perjalanan ziarah ini dimulai pada sore hari sekitar jam 15.30 yang berstat di halaman SDI Q.A. Rombongan berangkat dengan di buka oleh kepala sekolah SDI selaku ketua dan penanggung jawab rombongan ziarah. Dalam acara pembukaan ini, beliau memberikan pengarahan kepada para rombongan tentang tujuan maupun tata cara berdoa’a sewaktu di maqam. Hal ini sangat pnting, mengingat bahwa ada sebagian diantara masyarakat yang keliru dalam niatnya ketika berziarah ke maqam. Sehingga kekeliruan niat ini bisa menyebabkan terjadinya kemusyrikan dengan meminta kepada wali bukan meminta kepada Allah SWT. Selanjutnya acara di lanjutkan dengan membaca do’a naik kendaraan bersama- sama dan berangkat ke tempat tujuan. Sebagai imam dalam ziarah ini adalah Bapak Kya Supriono, pengasuh dan pengampu pondok pesantren dan madrasah Far’u Hidayatul Mubtadi’ien Beji Ngunut Tulungagung yang terletak di samping lokasi sekolah.
Ziarah ini di mulaidari makam As Syaikh ‘Ali Shadieq Umman, seorang tokoh dan ‘ulama’ terkemuka di wilayah Ngunut. Di sini para jama’ah yang terdiri dari seluruh siswa – siswi kelas VI SDI Q.A. beserta dewan asatidz, staf dan karyawan ikut bertahlil bersama yang diimami oleh bapak Kyai Supriono. Setelah acara tahlil selesai di lanjutkan dengan acara do’a bersama untuk bermohon kepada Allah atas segala hajat dan niatan masing – masing dengan tabarukan dan tafa’ulan di samping maqam orang shaleh dengan harapan semoga do’a – do’a tersebut akan lebih mudah di ijabahi oleh Allah SWT.
Selepas dari maqam beliau Asy Syaikh Mbah Kyai Ali Shadiq Umman rombongan melanjutrkan perjalanan ziarahnya ke maqam auliya’ tersohor di kawasan kota Kediri yang terkenal dengan sebutan “ kota tahu “. Maqam yang menjadi jujugan dari rombongan jama’ah ini adalah maqam Syaikh Wasil di Stono Gedong. Jamaah sampai di maqam ini kira – kira tepat menjelang maghrib. Selanjutnya para jamaah melanjutkan perjalanannya dengan mengadakan tahlil dan do’a sebagai mana lazimnya. Acara slesai pada sekitar pukul 19.00. selanjutnya jama’ah melanjutkan perjalananya ke Jombang yang terkenal sebagai kota santri.
Di kota ini jama’ah berkunjung ke maqam Syaikh Sulaiman. Sebelum tahlil dan do’a bersama diadakan, rombongan melaksanakan shalat jama’ takhir dan qashar di masjid yang berada di samping maqam syaikh Sulaiman. Setelah itu tahlil dan do’a bersama untuk tabarukan dan tafaa’ulan di laksanakan. Kira – kira acara di maqam ini seelsai pada pukul 23.00 WIB.
Selepas acara di maqam ini, rombongan melanjutkan perjalanan ke maqam Syaikh Jumadil Kubro yang terletak di kota Trowulan Mojokerto. Kota Trowulan adalah kota yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Kota ini adalah pusat dari kerajaan besar yang pernah menyatukan Nusantara bahkan sampai ke Thailand di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk dengan Sang Maha Patih Gajah Mada. Maqam ini di bangun dengan sangat megahnya. Bangunan – bangunan yang adapun juga melambangkan kegagahan dari sejarah yang pernah terukir di bumi Indonesia. Di sisi maqam ini juga terdapat museum bersejarah yaitu museum kerajaan Majapahit.
Syaikh Jumadil Kubro konon adalah seorang ulama’ terkenal dari Timur Tengah. Beliau adalah kakek dari Kanjeng sunan Ampel yang dimaqamkan di Surabaya. Di maqam ini sebagaimana I maqam – maqam lainnya, jama’ah melaksanakan tahlil dan do’a bersama. Selesai tahlil dan do’a di maqam ini, rombongan melanjutkan perjalananya ke maqam Syaikh Bungkul Surabaya. Rombongan tiba disini kira – kira pada pukul 24.00 WIB. Selanjutnya jama’ah mengadakan do’a dan tahlil bersama dengan di pimpin oleh Kyai Supriono. Acara selesai kira – kira pada pukul 24.30 WIB.
Perjalanan selanjutnya adalah ke maqam sunan Ampel Surabaya. Maqam ini berada di kawasan Ampel Denta di samping masjid Ampel Surabaya. Sebagaimana biasa acara dilaksanaan dengan mengadakan do’a dan tahlil bersama – sama. Sunan Ampel adalah salah satu sunan yang memiliki keahlian yang mumpuni dalam bidang keilmuwan. Karena kepiawaiannya beliau akhirnya di beri kepercayaan untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan di Surabaya. Di kawasan maqam ini juga terdapat dua maqam yang terkenal sebagai pembantu Sunan Ampel yaitu maqam Mbah Bolong dan maqam Mbah Shaleh.
Mbah Bolong di kenal dengan nama tersebut karena konon pada saat pendirian Masjid Ampel ini, banyak diantara warga yang ikut dalam pembangunan masjid ini ragu, apakah masjid ini benar – benar menghadap ke kiblat ataukah tidak. Akhirnya dengan seizin Allah Mbah Bolong melubangi dinding imaman tempat salat. Ketika dinding itu selesai di lubangi, Mbah Bolong meminta kepada warga untuk melihat sendiri apakah masjid itu benar – benar telah menghadap kiblat atau tidak. Tanpa di duga, dengan izin Allah setiap orang yang melihat melalui lubang tu bisa menyaksikan Ka’bah secara langsung tanpa harus pergi ke Makkah. Ini menandakan bahwa masjid itu telah benar – benar menghadap ke kiblat.
Sedangkan dalam cerita Mbah Shaleh, konon beliau adalah salah seorang pembantu setia sunan Ampel. Beliau mengabdikan dirinya untuk membersihkan kawasan masjid Ampel. Konon Allah telah berkehendak untuk memanggil duluan Mbah Saleh ke hadiratnya daripada Sunan Ampel. Hingga pada saat itu keadaan masjid Ampel kotor. Beliau berguma dan berkata pada diri dan pembantunya, Seandainya Mbah Shaleh masih hidup pasti kawasan masjid ini akan bersih dan tidak ada satu kotoranpun di dalamnya. Konon ketika Sunan Ampel bergumam demikian sekonyong – konyong, syahdan beliau Mbah Shaleh hidup kembali dan membersihkan kawasan masjid Ampel. Kejadian ini berlangsung sampai sembilan kali berturut – turut. Hal inilah yang melatar belakangi adanya maqam Mbah Shaleh yang berjumlah sembilan.
Dari maqam ini, rombongan melanjutkan perjalanannya ke maqam Raden ‘Ainul Yaqien atau yang lebih di kenal dengan nama Kanjeng Sunan Giri. Beliau adalah seorang yang sangat terkenal dalam bidang keilmuwannya. Beliau meimiliki keistimewaan semenjak kecil dengan memiliki ilmu ladunni. Konon selepas wafatnya Kanjeng Syaikh Maulana Malik Ibrahim atau yang di kenal dengan Sunan Gresik, beliaulah yang diangkat sebagai pemimpin wali songo di tanah Jawa. Beliau adalah wali yang miliki pendirian teguh dalam penerapan syari’at islam. Beliau ingin dalam penyebaran islam tidak ada unsur hindu maupun budha yang ikut ambil bagian di dalamnya. Konon beliau pernah berselisih paham dengan Kanjeng Sunan Kalijaga yang di kenal sebagai wali yang menggunakan metode da’wahnya dengan mengikuti budaya setempat. Disaat peresmian masjid Demak, Sunan Giri berselisih paham dengan Sunan Kalijaga yang menginginkan peresmian masjid Demak dengan mengadakan pagelaran wayang yang pada saat itu masih menggunakan model golek. Sunan Giri menentang dan melarang hal itu karena dianggap menyalahi syari’at islam yang melaarang membuat sesuatu yang menyerupai bentuk manusia secara sempurna. Beliau tetap bersikukuh untuk tidak memperbolehkan hal itu. Berbeda dengan Kanjeng Sunan Kalijaga yang juga bersikukuh untuk tetap mengadaan pertunjukan wayang tersebut. Akhirnya sunan Giri mengabulkan permintaan tersebut akan tetapi wayang golek itu harus di rubah menjadi wayang kulit sehingga rupa dalam wayang itu tidak menyerupai manusia. Karena dalam islam membuat sesuatu yang menyerupai manusia itu di larang agama. Usulan ini di terima oleh Kanjeng Sunan Kalijaga yang selanjutnya menjadi dalang dalam pertunjukan wayang tersebut. Disinilah tampak kecerdasan yang dimilki Sunan Kalijaga yang kemudian merubah cerita dan nama – nama yang ada di dalam wayang itu dengan symbol – symbol keislaman. Disini juga beliau mengganti nama Bathara Guru yang menjadi pemimpin para dewa dengan nama Shang Hyang Girilaya yang menunjukkan bahwa wayang kulit tersebut muncul atas inisiatif cerdas dari Kanjeng Sunan Giri yang merupakan pmimpin wali songo.
Selepas dari maqam ini kira – kira pukul 04.30 WIB. Jama’ah mengadakan shalat jama’ah shubuh dimasjid Sunan Giri untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan. Tujuan selanjutnya adalah maqam Syaikh Sunan Maulana Malik Ibrahim atau Syaikh Sunan Gresik. Beliau adalah wali yang tertua dari jajaran wali songo. Beliau adalah pemimpin pertama dari wali songo. Rombongan tiba di maqam ini pada sekitar pukul 06.00 pagi. Rombongan mengadakan tahlil dan do’a bersama di maqam ini dengan di imami oleh Bapak Kyai Supriono.
Selepas dari maqam Sunan Gresik, jama’ah melanjutkan perjalanan ke maqam Sunan Drajat. Maqam ini terletak di daerah Drajat di sebuah bukit yang cukup tinggi. Sesampai di Drajat rombongan langsung menuju ke warung lumayan yang ada di depan kawasan maqam Sunan Drajat. Disini mereka memesan sarapan pagi sesuai dengan selera makan masing – masing. Mulai dari bobor, pecel, nasi jagung, dll.
Selesai sarapan, rombongan bergegas berangkat ke maqam untuk berdo’a dan tahlil bersama. Tidak sebagaimana maqam auliya’ yang lain, di maqam in terdapat ungkapan – ungkapan kejawen yang merupakan ajaran dari Sunan Drajat yang memiliki makna yang mendalam. Di sebelah maqam, kira – kira sekitar 300 m terdapat museum Sunan Drajat yang berisi koleksi benda – benda kuno yang di miliki oleh Sunan Drajat. Selepas tahlil dan do’a bersama, rombongan melepas kepenatan dengan beristirahat dan mandi untuk membersihkan badan agar segar dan sehat kembali. Di sini para rombongan juga mulai berbelanja. Ada yang membeli kopyah, baju, cinderamata dll. Ada juga yang melepas kepenatan dengan berpose bersama teman, sanak saudara bahkan ada yang berpose bersama dengan monyet! Wah pokoknya seru abi……..s deh!
Puas dengan menghabiskan waktu untuk istirahat dan melepas kepenatan di Drajat, rombongan melanjutkan perjalanannya ke Syaikh Samarqandi di Tuban. Beliau adalah ulama’ dari Samarkhan. Beliau adalah ayah dari Sunan Ampel Surabaya. Rombongan sampai di tempat ini pada sekitar pukul 12.00 WIB. Sesampai di sini jamaah lngsung menuju ke maqam dan mengadakan tahlil serta do’a bersama yang selanjutnya di teruskan dengan menunaikan shalat jama’ taqdim dan qashar di masjid samping maqam. Selanjutnya rombongan menghabiskan waktu dengan membeli oleh – oleh dan kenang – kenangan dari tempat ini. Banyak juga dari ibu – ibu yang ikut dalam rombongan ini membeli ikan maupun terasi yang memang cukup terkenal dari daerah ini. Selesai belanja rombongan harus menanti agak lama karena bus yang di tumpangi dan mengangkut mereka harus “ NGEBAN”. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para rombongan untuk istirahat. Ada juga sebagian dari rombongan yang memanfaatkan waktu ini untuk menikmati indahnya pemandangan di pesisir pantai Tuban di pantai utara pulau Jawa ini. Ada yang berpose dan bergaya di atas bebatuan pantai. Anak- anak memanfaatkan moment ini untuk bermain dan mencari batu – batu kerang indah yang ada di sepanjang pantai ini.
Setelah selesai dari perbaiakannya, bus yang mengangkut rombongan langsung bertolak menuju tujuan terakhir yaitu maqam Sunan Bonang. Maqam Sunan Bonang berlokasi agak jauh dari tempat parkir kendaraan. Biasanya para peziarah akan memanfaatkan jasa para tukang becak untuk sampai ke lokasi. Namun, ada juga diantara para peziarah yan ingin berolahraga dan diet gratis dengan berjalan kaki ke area lokasi maqam. Sunan Bonang adalah salah satu wali yang memilki wawasan keagamaan sekaligus budaya yang kesohor. Beliau mengadakan dakwah islamnya dengan menggunakan pendekatan adat dan budaya masyarakat. Beliau banyak menciptakan tembang – tembang yang memiliki makna dan ajaran tinggi. Beliau adalah seorang yang zuhud dan wara’.
Setiba dilokasi maqam, para jama’ah langsung menuju maqam dan segera melaksanakan tahlil dan do’a bersama. Selesai tahlil dan do’a bersama para peziarah melakukan “ SHOOPING “ besar – besaran. Hal ini dikarenakan maqam ini adalah tujuan terakhir dari rute ziarah yang di adakan. Tak ayal, para penjaja makanan, penjual pakaian, mainan, serta cenderamata menjadi sasaran serbuan mereka. Tidak terasakan lagi rasa capek, penat dan panasnya terik matahari yang menyengat. Semua itu tidak terasa karena telah terobati dengan rasa ingin berbagi kebahagiaan dengan keluarga dirumah dengan membeli buah tangan dari tempat ziarah. Selesai dari maqam ini, rombongan melanjutrkan kembali perjalanannya untuk menuju ke tempat asal mereka bumi Tulungagung. Diatas bus inilah para jamaah mulai tampak capek dan kehabisan tenaga akibat dari aktifitasnya selama kurang lebih sehari semalam. Para jamaah banyak yang tidur terlelap dalam bus sampai akhirnya para jama’ah tiba di sebuah tempat makan untuk makan malam. Selepas makan, para rombongan mengadakan jamaah shalat maghrib dan shalat isya’ dengan jama’ ta’khir. Selanjutnya rombongan langsung meluncur ke Tulungagung di Desa Beji Ngunut Tulungagung.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar