Jumat, 03 Desember 2010

Membersihkan Hati (تزكية النفس)


Membersihkan Hati (تزكية النفس)

Allah SWT menciptakan manusia dalam sebaik – baik bentuk. Tidak ada makhluk ciptaan Allah SWT di muka bumi ini yang jauh lebih sempurna dalam penciptaannya disbanding manusia. Hal ini sesuai dengan apa yang di firmankan Allah SWT di dalam al – qur'an :

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (4)
Artinya : " Sungguh telah Kami ciptakan manusia dalam sebaik – baik bentuk" ( Q.S. At Thin : 4)
Melalui surat at thin ayat 4 ini Allah menerangkan kepada umat manusia bahwa manusia diciptakana dalam vbentuk yang sebaik – baiknya. Tidak ada makhluk lain di muka bumi ini yang menyerupai manusia dalam hal kesempurnaan ciptaanya. Seperti apapun indah dan baiknya hewan, tumbuhan tidak akan mmapu mengalahkan keindahan dan kesempurnaan bentuk manusia.
Hewan dan tumbuhan diciptakan Allah SWT untuk kepentingan manusia. Manusia hidup dimuka bumi sebagai seorang khalifah yang akan mengatur dan mengelola alam sekitarnya. Karena kepentingan inilah Allah SWT lantas menciptakan manusia dengan dibekali akal dimana dengan akal tersebut manusia akan berpikir untuk mengelola dan memanfaatkan alam sebagai bagian tugas dan amanah Allah SWT yang telah di bebankan pada diri mereka. Tugas manusia sebagai khalifah di bumi ini tampak jelas pada ayat al qur'an surat al baqarah ayat 30 :

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ (30)

Artinya : " Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : " Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang khalifah di bumi ini", mereka berkata : "apakah Engkau hendak menciptakan seorang yang senantiasa membuat kerusakan dan menumpahkan darah di dalamya ( bumi )?,padahal kami senantiasa mensucikanMU dengan bertahmid ( memujiMU ) dan mensucikanMU , Allah berfirman : "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui" ( Q.S. Al Baqarah : 30)
Ketika para malaikat memprotes tindakan Allah SWT yang akan menciptakan khalifah dimuka bumi, Allah berfirman bahwa sesungguhnya Ia lebih tahu daripada malaikat. Protes yang dilakukan oleh para malaikat ini bukan tanpa alasan, melainkan berdasarkan sebuah fakta dan pengalaman yang pernah terjadi. Konon sebelum bumi ini dihuni oleh manusia, Allah telah menciptkan makhluk lain di bumi ini. Kaum itu senantiasa membuat kerusakan dan menumpahkan darah. Kaum yang dimaksud menurut keterangan dalam kitab tafsir jalalin disebut dengan Banul Jan.
Demikianlah Allah menciptakan manusia sebagai seorang khalifah dengan membekali manusia dengan akal agar dengan akal itu ia mampu mengemban amanat Allah SWT di bumi sebagai seorang khalifah. Oleh karenanya akal inilah yang menjadi pembeda anatara nmanusia dengan makhluk lain yang dengan akal tersebut manusia kan mampu menjadi makhluk yang paling mulia diantara makhluk yang lain.
Disamping membekali diri manusia dengan akal, Allah SWT juga membekali manusia dengan nafsu. Nafsu adalah segalka macam bentuk keinginan di dalam hati manusia. Nafsu di ciptakan Allah SWT agar manusia berkembang dan memiliki dinamika dalam kehidupannya. Nafsu diciptakan oleh Allah SWT sebagai sebuah sarana untuk meraih kemajuan karena di barengi dan di imbangi dengan akal.
Akan tetapi pada kenyataanya, banyak sekali diantara manusia yang justru dikuasai oleh nafsunya. Nafsu yang semestinya dijadikan untuk alat dan sarana meraih kesuksesan baik di hadapan manusia ataupun dihadapan Allah SWT berubah menjadi penggerak dan bahkan menunggangi akal sehingga manusia dikuasai oleh nafsunya dan tidak lagi mampu menjadi khalifah fil ardli sebagaimana yang dikehendaki oleh Sang Khaliq ( Allah SWT ). Hal inilah yang menjadi persoalan yang penting diperhatikan dan perlu mendapat perhatian yang serius.
Kekeliruan dan kemaksiatan yang terjadi ini sebenarnya bermula dari dalam hati manusia dimana hati ini merupakan pusat gerak manusia. Hati yang dikuasai oleh nafsu akan menggerakkan seluruh organ manusia untuk melakukan hal –hal yang menyimpang dan tidak dibenarkan oleh syar'i.
Mengenai hati sebagai pusat gerak dan aktifitas yang akan berpengaruh terhadap perilaku ini, rasulullah mensabdakan dalam sebuah hadits :

ان فى الجسد لمضغة اذا صلحت صلح الجسد كله واذا فسدت فسد الجسد كله ألا وهى القلب رواه البخارى ومسلم عن النعما ن

Artinya : " sesungguhnya di dalam jasad manusia itu ada segumpal daging, jika segumpal daging itu baik, maka menjadi baik pulalah seluruh jasad, dan apabila rusak, maka menjadi rusak pulalah seluruh jasad. Ketahuilah, yaitu hati ( H.R. Imam Bukhari dan Muslim dari Nu'man bin Rasyid).
Hadits diatas dengan tegas mengatakan bahwa dalam jasad manusia terdapat segumpal daging yang menjadi penentu dari seluruh aktifitas manusia. Rasul mengatakan jika segumpal daging itu baik, maka seluruh jasad akan menjadi baik. Artinya aktifitas dan perilakunya akan menjadi baik. Akan tetapi jika segumpal darah itu rusak, kotor dan dikuasai oleh nafsu maka aktifitas manusia akan menjadi jelek dan dikuasai oleh nafsu.
Terkadang kita berpikir bahwa apa yang terkandung dalam hadits ini kurang tepat. Ada yang beranggapan mungkin yang menjadi pusat dan kendali aktifitas fisik manusia adalah otak atau yang sering disebut akal. Pendapat ini didasarkan atas pendapat bahwa akallah yang mampu untuk memilih dan membedakan mana yang baik dan buruk dank arena akal telah di isi dengan banyak ilmu dan pengetahuan.
Pendapat ini kurang tepat karena fakta menunjukkan betapa banyak orang yang memiliki ilmu yang banyakk, otak yang cemerlang akan tetapi justeru dengan otak yang ia miliki, ia bukannya sadar dan menggunakan kelebihan itu untuk sesuatau yang baik akan tetapi justeru sebalaiknya. Seringkali juga kita dihadapkan pada permasalahn antara berbuat baik dan maksiat, akan tetapi kita tidak kuasa untuk meninggalkan maksiat padahal kita tahu itu salah. Inilah kenyataan yang menunjukkan bahwa hati jauh lebih berkuasa dalam menentukan gerak manusia dibandingkan akal.
Oleh karena pentingnya urusan hati ini, maka para ulama' ittifaq bainahum bahwa membersihkan hati dari segala kotoran hati itu wajib hukumnya. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam kitab kifayatul atqiya' :

تزكية النفس عن الرذا ئل واجبة (كفاية الأتقياء)

Artinya : " membersihkan hati dari segala kotoran hati itu wajib hukumnya" ( kifayatul atqiya')
Wajib disini dalam arti harus di usahakan oleh setiap orang dalam rangka untuk menggapai kehidupan yang sejahtera bahagia dunia dan akhirat. Siapapum orang yang menghendaki kehidupan yang bahagia dan sejahtera utamanya di akhirat , maka ia harus mau dan berusaha dengan semaksimal mungkin untuk tazkiyatun nafsi ( membersihkan hati ). Jika ia tidak mau untuk melakukan ini, maka bias dipastikan kehidupan nya akan mengalami kesulitan dan bahkan kerugian yang besar di akhirat kelak.
Banyak usaha yang telah dilakukan orang dalam rangka untuk tazkiyatun nafsi ini. Kita menyaksikan banyak sekali pengajian – pengajian, halaqah – halaqah, kajian – kajian yang dilakukan, namun seiring dengan itu ternyata kemaksiatan semakin menjamur. Banyak pengajian umum di gelar akan tetapi sepulang pengajian hal itu seperti hanya menjadi angina lalu yang tidak membekas dalam hati. Itulah juga sebabnya semakin banyak pengajian diadakan, semakin banyak pula kemaksiatan dilakukan.
Berangkat dari fenomena diatas kita mesti bertanya , metode apakah kiranya yang tepat untuk digunakan dalam rangka upaya untuk tazkiyatun nafsi ini?. Semua hal telah dilakukan oleh manusia dalam rangka mencari kesucian hati, namun jika kita mau berfikir semua itu pada hakikatnya bermuara hanya pada satu aspek yakni aspek dhahiri (fisik). Padahal ada satu sisi yang semestinya itu di potensikan dan diasah oleh manusia yakni aspek rohani. Jika aspek fisik lebih mengutamakan aspek badani berupa kesehatan, makan teratur ndan bergizi, olahraga yang cukup, maka aspek batini ( rohani ) menghendaki agar kita memperbanyak untuk riyadlah, mengurangi makan, minum dan tidur. Aspek bathini lebih menginginkan agar kita memperbanyak untuk mengingat dan mengagungkan asma Allah tidak hanya secara lafald, akan tetapi lebih dari itu mampu merasakan dan meresapinya dalam hati.
Diakui atau tidak usaha bathini ini jarang sekali dilakukan oleh manusia pada umumnya dizaman sekarang. Manusia pada zaman ini lebih mnegunggulkan aspek otak dan fisik padahal apabila kedua potensi ini digali dengan seimbang maka akan terciptalah insane paripurna yang akan mampu memanifestasikan sifat – sifat ketuhanan di bumi dan mencerminkan khalifatullah yang sejati.
Mudah – mudahan Allah memberikan hidayah dan karuniaNYA kepada kita hingga kita mampu menjadi insane paripurna dan mampu menjadi khalifatullah fil ardli dalam arti yang sebenarnya. Semoga kita benar – banar mampu untuk sadar kepadaNYA dan kembali mengabdikan diri kepadaNYA.Amin. Wallahu A'lam Bi al Shawab…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar