Jumat, 03 Desember 2010

Ulama' Sekarang tidur

BACALAH SELALU NIDA' " YAA SAYYIDII YAA RASUULALLAH " DIMANAPUN DAN KAPANPUN ANDA BERADA

Abul Qasim Al Hakim pernah ditanya oleh seseorang, " mengapa ulama – ulama sekarang nasihat – nasihatnya tidak ditaati orang, lain dengan ulama' – ulama' zaman dahulu?"
Abul Qasim menjawab , "ulama' – ulama' dahulu selalu berjaga sedangkan rakyatnya tidur. Merekalah yang membangunkan rakyat yang tertidur itu. Sedangkan ulama – ulama zaman sekarang tidur, sedangkan rakyatnya mati. Bagaimana mungkin orang yang tidur dapat vmembangunkan orang yang sudah mati?"
Apa yang tergambar dalam dialog diatas meruipakan satu diantara fenomena yang saat ini menggejala disekitar kita. Banyak sekali orang yang cerdik pandai,alim, allamah, hebat dalam berpidato dan berdakwah namun nasehat – nasehat mereka tidak mampu myentuh hati dan qalbu sami'in dan umat pada umumnya. Kenyataan ini menggugah hati kita untuk berfikir dan menganalisa mengapa hal ini terjadi???
Hampir setiap hari, bahkan setiap jam kita mendengar informasi dan berita baik dari televise maupun radio bahwa di daerah ini, disana dan disono terjadi penyimpangan, pelanggaran, pembunuhan, pemerkosaan, perampokan, pencurian dan seabreg peristiwa dan kejadian yang mengerikan. Hmpir – hamper kita sudah tidak tahan lagi dengan peristiwa yang terjadi sampai - sampai ada yang beranggapan bahwa mati adalah jalan keluar yang terbaik na'udzu billah min syarri dzalik….. disaat ini kita berpikir dan bertanya " Dimana Ulama' – ulama' kita???"
Apa yang dikatakan oleh Abu Qasim mungkin ada benarnya atau bahkan mendekati benar. Ulama' – ulama' kita sedang tidur dan kita sebagai umatnya atau rakyatnya mungkin ibarrat orang mati. Mana mungkin orang yang tidur bisa membangunkan yang mati???? Hal yang mustahal bin mustahil alias tidak mungkin!!! Secara fisik barangkali kita bisa membedakan secara jelas bahwa ulama' – ulama' dahulu fisiknya kurus, kering, pakaiannya sangat sederhana. Sedangkan kalau kita perhatikan, ulama' – ulama' sekarang banyak yang fisiknya gemuk dan subur.
Fisik yang kurus akan berindikasi pada kepribadian sang 'alim yang sering riyadlah dan berpuasa ( istilah jawa : meres mata nglempit weteng, banyak berjaga dan berpuasa). Sedang fisik yang gemuk dan subur mngindikasikan pribadi yang jarang riyadlah dan jarang berjaga. Karena secara logika rasional, orang yang banyak berjaga akan kurus dan dia akan lebih tahan kantuk daripada orang yang kenyang.
Nah, dari sini kita akan tahu bahwa apa yang disampaikan oleh Syaikh Abul Qasim merupakan sebuah argument yang sangat rasional dan penuh kebijakan.
Ulama' yang sering riyadlah dan berpuasa serta berjaga dikala semua orang sedang tidur, ia akan mendapat keistimewaan – keistimewaan yang tidak dimiliki oleh mereka yang kurang atau jarang riyadlah meskipuyn dalam hal keilmuwan ia lebih hebat. Ulama' yang berjaga disaat semua umat sedang tidur, ia akan diberikan hati yang bening dan penglihatan yang mampu menyingkap segala rahasia yang tidak diketahui oleh manusia. Hal inilah yang kemudian menyebabkan ulama' yang semacam ini dikaruniai perkataan yang mampu menembus kepada sanubari orang yang dinasehati. Nasehatnya di dengar dan diamalkan oleh mereka yang mendengarnya. Keistimewaan orang – orang ini tergambar dalam al qur'an:
يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ (1)قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا (2) نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا (3) أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآَنَ تَرْتِيلًا (4) إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا (5)
Artinya : " wahai orang yang berselimut (muhamad) (1) bangunlah untuk ( shalat ) pada malam hari , kecuali sebagian kecil( 2) (yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu ( 3) atau lebih dari (seperdua ) itu, dan bacalah al qur'an itu dengan perlahan – lahan (4) sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu (5).
zAyat diatas secara tegas memerintahkan kepada rasulullah ( khitabnya) agar lebih banyak terjaga dan bangun diwaktu malam hari ketimbang berselimut ( tidur). Meski khitab dalam ayat ini adalah rasulullah, namun pada hakikatnya ayat ini juga berlaku bagi semua umat manusia. Berjaga dan bangun diwaktu malam disini yang dimaksud adalah dalam rangka mendekatkan dan mengabdikan diri kepada Allah yang mungkin dilakukan dengan shalat lail, atau membaca alqur'an, mujahadah dll. Bukan bangun dan terjaga untuk hal – hal yang tidak berguna atau bahkan malah sesuatu yang makruh. Misalnya ngegosip, bercanda, bermain – main atau hanya sekedar ngopi. Berjaga yang semacam ini tidak termasuk kedalam kategori yang dimaksud dalm ayat al qur'an surat al muzammil di atas.
Orang yang benar – benar mau melaksanakan apa yang diperintahkan Allah sebagaimana ayat diatas maka Allah akan mengaruniakan kepadanya perkataan yang berat ( berbobot ). Perkataan yang berbobot yang dengan perkataan itu siapa yang mendengar maka akan patuh, tunduk dan mengikutinya. Inilah keistimewaan orang – orang yang mau menggunakan sebagian besar waktu malam mereka untuk mendekat dan bertafakkur serta munajat kepada Allah SWT.
Senada dengan al qur'an surat al muzammil ayat 1- 5 adalah surat al isra' ayat 79

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا (79)
Artinya : " Dan pada sebagian malam, laksanakanlah salat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu. Mudah – mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji ( Q.S. Al Isra; 79 )
Ayat ini memberikan petunjuk bagi kita agar hendaknya diwaktu malam kita bangun dan melaksanakan shalat tahajud sebagai suatu ibadah tambahan. Jika shalat tahajud itu dilaksanakan dengan sungguh – sungguh niat beribadah kepada Allah dengan ikhlas maka insya Allah al "amil ( pelakunya ) akan diangkat oleh Allah ke tempat atau maqam, derajat yang tinggi, baik dimata umat lebih – lebih dihadapan Allah SWT. Karena derajatnya yang tinggi dan mulia maka sangat mungkin bila apa yang ia sampaikan dan ia katakana dipatuhi dan ditaati oleh siapa saja yang mendengar.
Itulah suatu gambaran ulama' yang mau untuk riyadlah dan mendekat kepada Allah memohon untuk urusan umat. Kata – katanya akan menjadi "sabda pandito ratu" kata – katanya akan di dengar sehingga diibaratkan oleh syaikh Qasim sebagai orang yang terjaga dan siap untuk membangunkan umat yang sedang tidur karena dinina bobokan oleh keindahan dunia yang hanya sementara dan menipu. Ia siap dan mau berkorban demi umatnya sebagaimana rasulullah yang rela mendaki jabal nur untuk bertahannuts, demi dan untuk urusan umatnya. Sementara umatnya sedang hidup bergelimangan maksiat rasul menyendiri, menyepi, mendekat kepada Allah dan memohonkan ampun bagi mereka. Sampai pada akhirnya turun wahyu kepada beliau dan terus beliau senantiasa perihatin dan mendekat, menangis dihadapan Allah demi dan untuk urusan umat. Adakah kita mampu berbuat seperti itu???
Mudah – mudahan Allah segera membangunkan para ulam' – ulama' kita yang sedang tidur dan memberikan kemampuan kepada kita untuk bisa berbuat yang bermanfaat di dunia dan akhirat. Bermnanfaat bagi kita, keluarga, kerabat, sahabat dan umat masyarakat hingga mereka kemabali mengabdikan diri kepada Allah SWT wa RAsulihi SAW. Amin. Allahu A'lam Bis Shawaab……

Tidak ada komentar:

Posting Komentar