Jumat, 03 Februari 2012

AL-QUR’AN HADITS MADRASAH ALIYAH KELAS XI SEMESTER II

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah “MDP Al-Qur’an Hadits”

Dosen Pengampu:
MUHAMMAD FATONI, M.Pd.I







Disusun Oleh:
DYAH NOVITASARI (3211093006)
IRSYADUL IBAD ( )
ISMA LAILA NUR AZIZAH ( )

Kelas : A
Semester : V (LIMA)
Jurusan : Tarbiyah
Prodi : PAI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) TULUNGAGUNG
NOVEMBER 2011
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Al-Qur’an Hadits Madrasah Aliyah Kelas XI Semester II”.
Shalawat serta salam tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membawa kita dari zaman yang gelap menuju zaman yang terang benderang yakni agama Islam.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr.Maftukhin, M.Ag. selaku ketua STAIN Tulungagung
2. Muhammad Fatoni, M.Pd.I selaku dosen pengampu yang telah memberikan pengarahan bagi penyusunan makalah ini
3. Rekan –rekan yang telah membantu terselesaikannya makalah ini
4. Fasilitas kampus, seperti tersedianya perpustakaan
Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan dari para pembaca demi perbaikan dan pengembangan makalah ini.
Demikianlah makalah kami, semoga dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb


Tulungagung, November 2011


PENYUSUN

DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Pembahasan Masalah 2
D. Batasan Masalah………………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Perintah Hidup Sederhana dan Menyantuni Para Dhu’afa 3
B. Kompetisi dalam Kebaikan 5
C. Amar Ma’ruf Nahi Munkar 6
D. Ujian dan Cobaan……………………………………………………….. 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 12
B. Saran 12
C. Harapan………………………………………………………………… 12

DAFTAR RUJUKAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sebagai umat Islam sudah seharusnya kita memahami dan menerapkan kandungan Al-Qur’an dan Hadits dalam kehidupan. Kedua sumber hukum Islam tersebut tidak hanya mengatur dan menjelaskan tentang ibadah saja, melainkan juga masalah sehari-hari yang sering kita temui dalam kehidupan. Dimana masalah tersebut tidak bisa dianggap remeh, seperti hidup sederhana, sebagaimana yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah. Selain itu juga membahas tentang berkompetisi dalam kebaikan. Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan. Karena dengan begitu manusia akan akan memiliki semangat juang dalam meraih kebaikan. Kemudian tentang amar ma’ruf nahi munkar. Islam tidak mengajarkan umatnya untuk memikirkan dirinya sendiri, dan diam saja melihat kemunkaran. Tetapi sudah menjadi kewajiban bagi umat Islam untuk saling mengingatkan dan mengajak pada kebaikan. Begitupun dalam masalah ujian dan cobaan. Tentu ada bedanya antara umat manusia yang berakhlak mulia dengan yang tidak. Orang yang beriman dan percaya akan kekuasaan Allah pasti akan menjadikan shalat dan sabar sebagai penawar hati ketika diterpa ujian dan cobaan, dan merasa yakin akan janji Allah bahwa akan selalu ada hikmah dibalik ujian dan cobaan tersebut. Maka dari itu, masalah-masalah tersebut penting untuk dibahas.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah anjuran Islam mengenai hidup sederhana dan menyantuni para dhu’afa?
2. Bagaimanakah anjuran Islam mengenai kompetisi dalam kebaikan?
3. Bagaimanakah anjuran Islam mengenai amar ma’ruf nahi munkar?
4. Bagaimanakah anjuran Islam dalam menghadapi ujian dan cobaan?


C. TUJUAN PEMBAHASAN MASALAH
Untuk mengetahui:
1. Anjuran Islam dalam hal hidup sederhana dan menyantuni para dhu’afa
2. Anjuran Islam dalam hal kompetisi dalam kebaikan
3. Anjuran Islam dalam hal amar ma’ruf nahi munkar
4. Anjuran Islam dalam hal menghadapi ujian dan cobaan
D. BATASAN MASALAH
Makalah ini hanya membahas tentang:
1. Anjuran Islam dalam hal hidup sederhana dan menyantuni para dhu’afa
2. Anjuran Islam dalam hal kompetisi dalam kebaikan
3. Anjuran Islam dalam hal amar ma’ruf nahi munkar
4. Anjuran Islam dalam hal menghadapi ujian dan cobaan



BAB II
PEMBAHASAN
A. Pola Hidup Sederhana dan Perintah Menyantuni Para Dhu’afa



Artinya: dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. (QS al-Isra` 26-27).

Ayat 26 diatas memerintahkan untuk menunaikan kewajiban memenuhi hak keluarga dekat, orang-orang miskin, dan orang-orang dalam perjalanan. Memenuhi kewajiban yang dimaksud pada ayat tersebut adalah menyantuni mereka dengan membantu memenuhi kebutuhan pokok yang diperlukan mereka.
Di akhir ayat ini Allah SWT melarang kaum muslimin membelanjakan harta secara boros, larangan ini bertujuan agar kaum muslimin dapat mengatur pengeluaran hartanya dengan perhitungan yang cermat sesuai dengan keperluannya tepat mengenai sasaran yang dituju sebagaimana ketentuan agama. Tidak boleh membelanjakan hartanya melebihi dari yang seharusnya. Dengan kata lain dilarang berlaku boros. Namun kenyatannya masyarakat sekarang ini adalah mereka berkeinginan keras memiliki harta kekayaan yang melimpah ruah seperti apa yang dimiliki konglomerat, pengusaha-pengusaha besar, dan lainnya seperti, mobil-mobil mewah, lengkap dengan peralatan serba lux, serba elektronik, tanah, dan sawah ladang yang berpuluh hektar dengan jalan yang tidak wajar, tidak sesuai dengan peraturan-peraturan dan hukum agama.
Pada ayat 27 masih mengenai larangan boros di dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa orang-orang yang boros itu adalah saudara syaitan. Mereka akan mengalami kesusahan di dunia dan mengalami murka Allah di akherat kelak.

hadits


Artinya: Dari Miqdad bin Ma’di Karib berkata: aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : Tidak ada yang lebih jahat daripada orang yang memadati lambung perutnya dengan makanan untuk menguatkan badannya. Jika perlu ia makan hendaklah perut diisi sepetiganya dengan makanan, sepertiganya dengan air (minum), dan sepertiganya lagi untuk udara (bernafas). (HR. Imam Tirmidzi).
Hadits tersebut menjelaskan bahwa Rasulullah saw menjelaskan secara tegas larangan makan dan minum secara berlebihan. Diketahui bahwa sesuatu yang dilarang oleh Allah dan RasulNya, di dalamnya pasti terdapat madharat bagi manusia. Oleh karena itu Islam menganjurkan kepada manusia untuk hidup sederhana. Dalam hadits ini juga dipahami bahwa Rasulullah menyatakan, tergolong suatu kejahatan apabila seseorang memadati perutnya dengan makanan semata-mata. Karena yang demikian itu akan menimbulkan penyakit, baik lahir maupun batin.
Selanjutnya Rasulullah memberikan arahan berupa anjuran bahwa perut hendaknya diisi dengan teratur dan terencana. Kalau anjuran ini dilakukan dengan baik, akan menunjang kesehatan jasmani dan rohani.
Hidup sederhana bukanlah hidup melarat. Tetapi sebatas mencukupi kebutuhan yang diperlukan tanpa berlebih-lebihan dan melampaui batas.
Rasulullah SAW sebagai tauladan dan panutan kita telah banyak meninggalkan contoh – contoh dalam kesederhanaan baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan. Beliau dalam berbicara senantiasa menggunakan kata – kata yang sederhana , kadang – kadang beliau diam tidak berbicara kecuali hal –hal yang sangat berguna. Seandainya berkata pun beliau selalu berisi kata – kata yang membawa kesejahteraan orang lain, bukan yang menunjukkan kelebihannya.
Dalam penggunaan harta kakayaan senantiasa digunakan di jalan Allah. Hartanya lebih banyak yang beliau hadiahkan atau disedekahkan untuk orang lain. Beliau seorang Nabi dan Rasul dengan misi untuk merubah sikap manusia dari sikap yang merusak menuju sikap yang membangun. Beliau membawa keselamatan hidup manusia dunia akhirat.
B. Berkompetisi dalam Kebaikan




Artinya: Dari setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS Al-Baqarah:148).
Ayat ini secara global dapat dipahami sebagai dorongan kepada umat Islam untuk selalu berlomba-lomba dalam kebaikan. Allah menerangkan bahwa setiap pemeluk agama mempunyai kiblatnya sendiri-sendiri. Tentunya kiblat itulah yang menjadi kecenderungan mereka untuk menghadap sesuai dengan keyakinan mereka. Dan kaum muslimin mempunyai kiblat yang ditetapkan langsung oleh Allah yaitu ka`bah. Berlomba-lomba dalam kebaikan diantaranya adalah shalat, bersedekah, menuntut ilmu, dan amalan-amalan positif yang lain. Dampak positif yang dihasilkan dari kompetisi dalam kebaikan yaitu terciptanya kondisi kehidupan yang dinamis, maju dan senantiasa bersemangat untuk berkreasi dan berinovasi. Allah swt. Akan mengumpulkan semua manusia, dimanapun dan dari arah manapun mereka berada. Tidak ada seorang pun yang luput dan lepas dari pengawasan Allah swt., yaitu pada saat manusia menjalani kehidupan di alam akhirat. Mereka akan diperlihatkan semua amal baik atau buruk yang pernah dilakukan pada saat hidup di dunia dan semua akan mendapat balasan sesuai dengan amalnya masing-masing.
Meneladani generasi yg baik, perbuatan baik, dan yang lebih baik lagi akan dilakukan oleh seorang muslim apabila dia mau meneladani orang yang berbuat baik. Hal ini menjadi penting karena dengan demikian dia menyadari bahwa meskipun perasaannya sudah banyak perbuatan baik yang dilakukannya tetap saja dia merasa masih sedikit dibanding orang lain yang jauh lebih baik dari dirinya. Hal ini akan memicu semangatnya untuk berbuat baik yang lebih banyak lagi. Karena itu idealnya seorang mukmin bisa menjadi seperti cermin bagi mukmin lainnya ,sehingga manakala seseorang mengenal dan memperhatikan dirinya akan merasakan begitu banyak kekurangan termasuk dalam hal berbuat baik.
C. Amar Ma`ruf Nahi Munkar




Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.(QS Ali Imran:104)
Melalui ayat diatas Allah SWT memerintahkan kepada umat Islam agar di antara mereka ada sekelompok orang yang bergerak dalam bidang dakwah yang selalu memberi peringatan apabila nampak gejala-gejala perpecahan dan pelanggaran terhadap ganjaran agama, dengan jalan mengajak dan menyeru manusia untuk melakukan kebajikan, menyeru kepada ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar. Cara yang ditempuh adalah dengan menyadarkan manusia bahwa perbuatan-perbuatan yang baik itu akan mendatangkan keuntungan dan kebahagiaan baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain, baik di dunia maupun di akherat. Begitu juga sebaliknya, bahwa kemungkaran dan kejahatan itu akan selalu menimbulkan kerugian dan kemadaratan, baik bagi pelakunya maupun orang lain.
Dari sini dapat dimengerti bahwa Allah mewajibkan kepada umat Islam untuk melakukan dan menggiatkan dakwah agar agama yang mereka anut dapat berkembang dengan baik dan sempurna.
Dalam rangka berdakwah diperlukan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Harus memahami kandungan Al-Qur`an dan sunnah Nabi serta sejarah da`wah Rasulullah.
2. Harus memahami keadaan orang-orang yang menjadi obyek Da`wah
3. Harus memahami bahasa serta dialek orang-orang yang menjadi obyek da`wah.
4. Harus memahami agama dan madzab-madzhab yang berkembang dalam masyarakat.
Rasulullah berpesan kepada umat Islam agar mereka senantiasa waspada dan terus menggiatkan gerakan dakwah dan semangat juang sehingga ajaran Islam benar-benar ditaati oleh manusia. Apabila melihat kemunkaran kapan saja dan dimana saja, kita diperintahkan untuk mencegah dan mengubahnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi kita masing-masing. Sebagaimana sabda Rasulullah dalam hadits berikut:

HADITS
Artinya: Dari Abi Sa’id Al Khudry ra. Ia berkata : Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: Siapapun di antara kamu melihat kemungkaran hendaklah mengubahnya dengan tangan atau kekuasaannya. Apabila tidak mampu dengan cara ini, maka hendaklah menggunakan lisannya, apabila cara itu tidak mampu, maka hendaklah dengan hatinya. Demikian itu (cara terakhir) adalah termasuk selemah-lemahnya iman. (HR. Muslim).
Hadits dan perkataan Syaikhul Islam di atas menjelaskan bahwa amar ma’ruf dan nahi mungkar merupakan karakter seorang yang beriman, dan dalam mengingkari kemungkaran tersebut ada tiga tingkatan:
1. Mengingkari dengan tangan.
2. Mengingkari dengan lisan.
3. Mengingkari dengan hati.
Tingkatan pertama dan kedua wajib bagi setiap orang yang mampu melakukannya, sebagaimana yang dijelaskan oleh hadits di atas, dalam hal ini seseorang apabila melihat suatu kemungkaran maka ia wajib mengubahnya dengan tangan jika ia mampu melakukannya, seperti seorang penguasa terhadap bawahannya, kepala keluarga terhadap istri, anak dan keluarganya, dan mengingkari dengan tangan bukan berarti dengan senjata.
Adapun dengan lisan seperti memberikan nasihat yang merupakan hak di antara sesama muslim dan sebagai realisasi dari amar ma’ruf dan nahi mungkar itu sendiri, dengan menggunakan tulisan yang mengajak kepada kebenaran dan membantah syubhat (kerancuan) dan segala bentuk kebatilan.
Adapun tingkatan terakhir (mengingkari dengan hati) artinya adalah membenci kemungkaran- kemungkaran tersebut, ini adalah kewajiban yang tidak gugur atas setiap individu dalam setiap situasi dan kondisi, oleh karena itu barang siapa yang tidak mengingkari dengan hatinya maka ia akan binasa.

D. Ujian dan Cobaan



Artinya : Sungguh kami pasti akan terus menerus menguji kamu berupa sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang -orang yang bersabar. (QS Al-Baqarah:155).
Ujian atau cobaan yang diberikan kepada manusia itu pada hakikatnya sedikit sehingga betapa pun besarnya ujian dan cobaan, ia sedikit jika dibandingkan dengan imbalan dan balasan yang akan diterima. Ujian yang diberikan Allah sedikit. Ia dikatakan hanya sedikit, dan setiap manusia yang diuji mestinya harus mampu memikulnya sebab antara ujian atau cobaan dengan potensi kemampuan yang diberikan kepada manusia adalah lebih besar potensi yang ada. Masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah bisakah manusia menggunakan potensi-potensi yang dianugrahkan Allah itu. Pada ayat sebelum ini adalah perintah untuk shalat dan bersabar. Sesuai tuntunan Nabi ketika ujian berlangsung maka Beliau shalat. Itu sebabnya Rasul saw., sebagaimana diriwayatkan Hudzaifah ibn Al-Yamin, bahwa “apabila beliau dihadapkan pada satu kesulitan atau ujian , beliau melaksanakan shalat”.
Sepanjang kehidupan kita, ujian & cobaan datang silih berganti karena makna kehidupan itu sendiri adalah bagaimana menghadapinya. Ujian & cobaan kehidupan adalah tantangan yang akan memilah mana orang yang tahan uji dan mana orang yang lemah, mana orang yang beriman dan mana orang tidak beriman. Bagi seorang mukmin kehidupan akan selalu mendatangkan keberuntungan karena ia bersyukur ketika memperoleh nikmat dan bersabar ketika menghadapi kesulitan. Sebaliknya orang tak beriman selalu tak beruntung, ketika memperoleh nikmat ia lupa diri dan ketika menghadapi kesulitan berat ia lupa ingatan. Sabar ialah tabah hati tanpa mengeluh dalam menghadapi cobaan dan rintangan, dalam jangka waktu tertentu, dalam rangka mencapai tujuan. Islam mengajarkan bersabar itu indah.

Dalam Al-Baqarah: 155, Allah telah menyebutkan beberapa ujian di antaraya:
1) Sedikit dari rasa takut, yakni keresahan hati atau ketakutan menyangkut sesuatu yang buruk yang terjadi atau yang akan terjadi, atau hal-hal yang tidak menyenangkan, dan tidak diharapkan yang mungkin akan terjadi.
2) Sedikit rasa lapar, yakni keinginan yang sangat kuat untuk makan dan minum karena perut kosong keroncongan, tetapi belum menemukan makanan dan minuman yang dibutuhkan.
3) Kekurangan harta, ujian ini bentuknya seperti kemiskinan.
4) Kekurangan jiwa,seperti adanya kematian dan apapun sebab dari kematian. Hal ini merupakan ujian atau cobaan bagi yang ditinggalkan.
5) Buah-buahan, tidak berbuahnya tanaman baik di perkebunan maupun sawah sebagaimana yang diharapkan.
Informasi Allah tentang “materi ujian” ini adalah merupakan nikmat besar tersendiri, sebab dengan kita mengetahui dan memahami bentuk dan macam ujian tersebut maka kita dapat mempersiapkan diri menghadapi aneka ujian itu. Ujian pada hakikatnya dibutuhkan dan diperlukan oleh manusia dalam rangka untuk kenaikan tingkat. Ujian itu sendiri baik. Yang buruk adalah kegagalan menghadapinya.
Allah memang tidak menerangkan kapan, dimana, dan dalam bentuk apa isi ujiannya. Seseorang yang takut menghadapi ujian adalah ia sama dengan menuju pintu gerbang kegagalan, demikian juga ujian-ujian IIahi. Demikian juga manusia harus siap menghadapi sesuatu apapun bentuk dan ujian dan kita yakin dengan membentengi diri dari segala macam bentuk keyakinan. Biarkan dia datang kapan saja, sebab yang paling penting bagi kita adalah bagaimana kita mampu menjawab atau menghadapinya.



HADITS

Artinya: Dari Suhaib, dia berkata: Rasulullah bersabda: Sungguh menakjubkan keadaan orang beriman karena semua urusannya baik. Hal itu tidak bisa diraih seorangpun selain mereka yang beriman. Jika mendapatkan kesenangan, dia bersyukur dan itu baik baginya. Jika tertimpa musibah ia bersabar dan itu adalah baik baginya. (HR. Muslim).
Semua manusia dalam menjalani kehidupan di dunia pasti akan mengalami ujian dan cobaan. Dalam menghadapi ujian dan cobaan itu manusia ada yang tetap bersikap tenang dan ada pula yang bersikap sedih, putus asa, bahkan tidak sedikit dari mereka yang mengakhiri hidupnya. Namun orang beriman memiliki sikap mulia dalam menghadapi ujian dan cobaan itu sehingga dapat membawa kebaikan padanya. Dalam kandungan hadits di atas, menunjukkan sikap orang yang beriman dalam menghadapi ujian. Sikap inilah yang membedakan antara orang beriman dan orang kafir. Segala bentuk cobaan ataupun ujian dapat menjadikan setiap urusan yang dihadapinya selalu bernilai kebaikan.
Kandungan lain hadits di atas adalah semua urusan orang beriman akan menjadi baik apabila ia mau bersikap sabar saat ditimpa musibah. Sebagai seorang beriman harus yakin apapun bentuk musibah yang ditimpakan kepada kita, musibah itu pasti masih pada batas-batas kemampuan manusia. Allah tidak akan memberi cobaan di luar batas kemampuan hambaNya.



BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Allah memerintahkan untuk menunaikan kewajiban memenuhi hak keluarga dekat, orang-orang miskin, dan orang-orang dalam perjalanan dan melarang kaum muslimin membelanjakan harta secara boros.
2. Adanya dorongan kepada umat Islam untuk selalu berlomba-lomba dalam kebaikan.
3. Sudah menjadi kewajiban bagi umat Islam untuk selalu beramar ma’ruf nahi munkar, maka sudah selayaknya umat melakukan dakwah, meskipun hanya kepada keluarga terdekat.
4. Ujian dan cobaan harus dihadapi dengan shalat dan sabar.

B. Saran
Penting sekali bagi umat Islam untuk tidak hanya membaca Al-Qur’an dan Hadits, melainkan juga memahami dan menerapkannya dalam kehidupan.

C. Harapan
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

DAFTAR RUJUKAN

Tim Musyawarah Guru Bina PAI MAdrasah Aliyah, Lembar Kerja Siswa Al-Hikmah.

http://ayat-ayatallah.blogspot.com/2011/03/

http://www.hidayatullah.com/read/17925/11/07/2011/ayo-berkompetisi-dalam-kebaikan!.html

http://muslim.or.id/manhaj/amar-maruf-nahi-mungkar-1.html

http://dunia.pelajar-islam.or.id/dunia.pii/blog/bersabar-itu-indah-3.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar